Insinyur Taronggol

Insinyur Taronggal senang bukan main, ketika dari Dinas Pertanian menempatkannya sebagai Petugas Penyuluh Pertanian di kampung halamannya di Kabupaten Simalungun. Terbayang olehnya dia akan bisa memberikan sumbangsih dan penyuluhan yang bisa berguna bagi petani di kampungnya.

Dengan bekal pengetahuan dari bangku sekolahan, dia yakin bisa memajukan pertanian di kampungnya dengan metode yang modern dan ilmiah. Diapun mulai turun ke lapangan memberi pengetahuan tehnis soal pertanian. Sebagian petani kampung mau mendengar pengarahannya. Tapi, banyak juga yang ogah. Terutama orang2 tua yang merasa gengsi di ‘guru’ i oleh anak ingusan soal pertanian.

” Bah…bapaknya saja belum lahir, saya sudah mangula di hauma. Kenapa saya harus belajar dari anak ingusan. Saya sudah 50 tahun mangula, kenapa mesti belajar sama anak kecil na so hea mangula,” kata orang2 tua. Sedihnya, si orang tua itu mengoceh di depan orang banyak, ketika di sedang memberi Penyuluhan di Balai Desa. Ditonton banyak orang pula. Amangoi Amang. Bah..mau di taruh dimana muka ini, bisik bathin si Taronggal.


Padahal, pengalaman Taronggal menjadi Penyuluh Pertanian tidak bisa dianggap sepele. Dia sudah bertugas di seluruh Propinsi di Sumatera kurang lebih 5 tahun.

“Jujur saja, orang tua Batak memang paling susah menerima pendapat orang muda. Padahal saya menyuluh di daerah lain di luar suku Batak di terima dengan tangan terbuka,” kata Taronggal. Kalau di pikir2, ia juga sih. Banyak Natua2 Batak yang keras kepala dan tidak mau dengar pendapat anak muda. Sekalipun pendapat itu benar. Ehh. Ima Tahe…..



Sian: Herman Aritra Rajagukguk 

No comments:

Post a Comment